Pengantar: Pesona Sejarah Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit menjadi salah satu bagian penting dalam sejarah Nusantara yang kaya akan peradaban dan warisan budaya. Berdiri pada akhir abad ke-13, Majapahit dikenal sebagai kerajaan maritim yang memiliki pengaruh luas di Asia Tenggara. Kesultanan ini tidak hanya menjadi pusat kekuasaan politik, tetapi juga pusat kebudayaan yang melahirkan tradisi, seni, dan sastra yang masih dapat dirasakan hingga saat ini.
Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1293, setelah berhasil mengatasi serangan dari tentara Mongol. Berdasarkan catatan sejarah, keberadaan kerajaan ini mencapai masa keemasan di bawah kepemimpinan Raja Hayam Wuruk dan patihnya yang legendaris, Gajah Mada. Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Gajah Mada menjadi simbol kuat dedikasi terhadap integrasi wilayah Nusantara, menghubungkan berbagai pulau dan kerajaan menjadi satu kekuatan besar.

Kerajaan Majapahit tak hanya dikenal karena kejayaan militernya, tetapi juga kontribusinya dalam seni rupa, ukiran, dan sastra Jawa Kuno. Karya sastra seperti Negarakertagama menjadi dokumentasi penting yang memberikan gambaran tentang struktur pemerintahan, tata sosial, dan kebudayaan di masa itu. Majapahit juga meninggalkan jejak dalam bentuk arsitektur, seperti candi dan gapura yang memancarkan estetika serta simbolisme spiritual yang mendalam.
Pengaruh Majapahit tidak terbatas pada masa lampau. Bahkan, dalam berbagai aspek modern, nilai-nilai yang diwariskan oleh kerajaan ini sering dijadikan simbol identitas budaya dan nasionalisme. Lambang negara Indonesia sendiri, Garuda Pancasila, mengambil inspirasi dari simbol-simbol yang digunakan pada masa Majapahit. Hal ini menunjukkan betapa mendalamnya dampak dari peradaban kerajaan ini terhadap kehidupan bangsa Indonesia.
Melalui penelitian dan penggalian sejarah, para akademisi telah menemukan bahwa Majapahit merupakan salah satu kerajaan yang memiliki sistem perdagangan yang maju. Letaknya yang strategis memungkinkan hubungan perdagangan dengan negara-negara seperti Tiongkok, India, dan wilayah Timur Tengah. Dominasi kerajaan tersebut dalam jalur perdagangan di Samudra Hindia memberikan pengaruh signifikan terhadap perkembangan ekonomi di Asia Tenggara.
Dengan kilauan sejarah dan warisan budaya yang masih hidup, Kerajaan Majapahit menjadi jendela bagi generasi sekarang untuk memahami keagungan masa lalu. Jejaknya tidak hanya sebatas artefak fisik, tetapi juga kerangka pemikiran yang mencerminkan semangat persatuan, kebijaksanaan, dan keberanian yang terus menginspirasi hingga kini.
Awal Kemunculan Majapahit: Dari Tarikh ke Kejayaan
Kerajaan Majapahit muncul sebagai salah satu dinasti paling berpengaruh dalam sejarah Nusantara. Berdiri pada tahun 1293 M, kerajaan ini didirikan oleh Raden Wijaya, seorang tokoh yang berhasil mengukuhkan kekuasaan melalui strategi diplomasi dan kekuatan militer. Majapahit lahir dari runtuhnya Kerajaan Singasari akibat serangan Jayakatwang, penguasa Kediri. Peristiwa ini menciptakan kekosongan kekuatan yang dimanfaatkan Raden Wijaya untuk membangun fondasi sebuah kerajaan baru.
Raden Wijaya memulai pendiriannya dengan membentuk aliansi dengan pasukan Mongol yang datang ke Jawa untuk menuntut balas atas pembunuhan utusan mereka oleh Kertanegara, penguasa Singasari. Melalui kerja sama ini, Jayakatwang berhasil dikalahkan dalam pertempuran sengit, membuka jalan bagi Raden Wijaya untuk mendirikan Majapahit di wilayah Tarik, dekat Sungai Brantas. Nama Majapahit sendiri diambil dari buah maja yang terasa pahit, simbol fisik wilayah tempat kerajaan itu berakar.
Awal mula Majapahit ditandai dengan usaha konsolidasi kekuasaan di wilayah pesisir Jawa. Raden Wijaya fokus pada penguatan pemerintahan internal, pembangunan infrastruktur, dan stabilisasi ekonomi. Strategi ini dilakukan untuk memastikan keberlangsungan kerajaan dalam menghadapi potensi ancaman eksternal maupun rivalitas antar kerajaan lokal. Pada masa ini, struktur birokrasi mulai dibentuk berdasarkan sistem yang tertata rapih, mencakup pembagian peran dalam pemerintahan dan administrasi.
Majapahit bukan hanya sekadar kerajaan yang berorientasi pada militer, tetapi juga menjadi pusat budaya yang kaya. Kebijakan Raden Wijaya dalam menggali dan mengembangkan tradisi lokal serta mempermudah jalur perdagangan membuat Majapahit segera dikenal sebagai salah satu kerajaan yang memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan dominan di kawasan Asia Tenggara. Mawas terhadap ancaman regional, Majapahit tetap menjaga hubungan diplomatik yang kuat dengan wilayah-wilayah tetangga, sekaligus memperluas pengaruhnya melalui ekspedisi lintas wilayah.
Dari awal yang sederhana, Majapahit mulai melangkah menuju keemasan, menandai babak baru dalam sejarah Nusantara yang penuh dinamika dan perkembangan. Kerajaan ini menjadi simbol perjuangan, keberanian, dan kebijaksanaan, berperan penting dalam membentuk identitas sejarah bangsa Indonesia.
Pusat Kekuasaan Majapahit: Trowulan dan Situs Sejarahnya
Trowulan di Jawa Timur kerap disebut sebagai pusat kejayaan Kerajaan Majapahit yang meninggalkan jejak mendalam bagi sejarah Indonesia. Kota ini diduga menjadi ibu kota kerajaan, tempat para pemimpin besar seperti Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada merancang berbagai strategi politik dan militer yang legendaris. Di Trowulan, berbagai situs arkeologi ditemukan dan memberikan gambaran nyata tentang kehidupan pada masa Majapahit.
Salah satu situs paling mencolok adalah Candi Tikus, sebuah struktur unik yang dipercaya berfungsi sebagai tempat pemandian atau saluran air bagi masyarakat kerajaan. Arsitektur candi ini menunjukkan kecanggihan teknik pembangunan kala itu. Tidak jauh dari situ, terdapat Candi Bajang Ratu, gerbang megah yang diduga memiliki nuansa simbolis spiritual, digunakan sebagai pintu masuk menuju kawasan suci kerajaan. Relief yang terukir di dinding candi ini mengisyaratkan kepiawaian seni pada masa Majapahit.
Selain candi, ditemukan pula struktur Kolam Segaran, sebuah kolam besar yang konon menjadi tempat jamuan megah bagi tamu kerajaan. Kolam ini menggambarkan kemakmuran serta kemajuan teknologi air pada masa itu. Penemuan keramik, koin emas, dan artefak lainnya turut memperkuat kesimpulan bahwa Trowulan adalah pusat ekonomi, budaya, dan politik utama.
Pemugaran situs-situs ini terus dilakukan untuk menjaga keasliannya. Masyarakat setempat turut berperan dalam melestarikan warisan historis ini. Dengan demikian, Trowulan tetap menyimpan bukti hidup dari kebesaran Kerajaan Majapahit yang memengaruhi perjalanan sejarah Nusantara hingga kini.
Jejak Ekspansi Majapahit di Nusantara
Majapahit merupakan salah satu kerajaan terbesar yang pernah berdiri di Nusantara, dengan pengaruh yang meluas hingga berbagai wilayah di Asia Tenggara. Bukti ekspansi Majapahit ini dapat ditemukan dalam berbagai catatan sejarah, prasasti, dan karya sastra klasik seperti Negarakertagama. Di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk bersama Mahapatih Gajah Mada, Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan ambisi besar untuk menyatukan wilayah Nusantara.
Ekspansi Majapahit di Nusantara tidak hanya terbatas pada kekuatan militer, tetapi juga mengandalkan diplomasi dan strategi yang canggih. Wilayah-wilayah seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, hingga sebagian Maluku masuk ke dalam cakupan pengaruh kerajaan ini. Selain itu, hubungan dengan daerah-daerah Asia Tenggara lainnya seperti Champa dan Siam semakin memperkuat posisi Majapahit sebagai kekuatan regional.
Untuk mengkonsolidasikan kekuasaan, Majapahit menggunakan strategi yang melibatkan pernikahan politik, kontrol atas jalur perdagangan maritim, dan penyebaran budaya serta sistem kepercayaan Hindu-Buddha. Wilayah pesisir menjadi sangat penting karena berfungsi sebagai simpul perdagangan yang menghubungkan berbagai pulau di Nusantara dengan pusat kekuasaan di Jawa. Hal ini memungkinkan Majapahit untuk mengendalikan sumber daya strategis, seperti rempah-rempah dan emas, yang menjadi komoditas unggulan pada masa itu.
Prasasti-prasasti seperti Palangka dan Trowulan menyebutkan daerah-daerah yang berada di bawah pengaruh Majapahit, memberikan gambaran jelas tentang luasnya kekuasaan kerajaan tersebut. Meskipun dalam praktiknya terdapat tantangan berupa perlawanan lokal di beberapa wilayah, kemampuan Majapahit dalam menjaga stabilitas politik memberikan bukti tentang sistem pemerintahan yang efektif. Jejak budaya yang ditinggalkan, seperti seni, sastra, dan tradisi lokal, mencerminkan pengaruh Majapahit yang abadi di berbagai daerah.
Ekspansi ini tidak hanya meninggalkan warisan politik, tetapi juga menjadi dasar bagi konsep kebangsaan Indonesia modern, yaitu gagasan tentang persatuan wilayah yang beragam. Oleh karena itu, pengaruh Majapahit dapat dianggap sebagai tonggak penting dalam sejarah penyatuan Nusantara.
Peran Majapahit dalam Jalur Perdagangan Maritim
Kerajaan Majapahit dikenal sebagai salah satu kerajaan besar di Asia Tenggara yang memainkan peran strategis dalam jalur perdagangan maritim. Posisi geografisnya yang terletak di Pulau Jawa bagian timur memberikan keuntungan besar dalam mengontrol jalur pelayaran yang menjadi penghubung antara Samudra Hindia dan Laut Cina Selatan. Keunggulan ini membuat Majapahit mampu mendominasi perdagangan internasional pada masa kejayaannya.
Majapahit mengembangkan jaringan perdagangan yang luas, melibatkan berbagai komoditas seperti rempah-rempah, sutra, keramik, dan logam mulia. Rempah-rempah, terutama cengkeh, pala, dan lada, menjadi komoditas utama yang diminati oleh pedagang dari India, Timur Tengah, dan Cina. Selain itu, barang-barang seperti kain sutra dari Cina dan guci keramik juga menjadi barang impor yang marak diperdagangkan dan didistribusikan ke berbagai wilayah Nusantara.
Perkembangan perdagangan di Majapahit tidak hanya berdampak pada bidang ekonomi, tetapi juga mempererat hubungan diplomatik dengan negara-negara lain. Misalnya, hubungan perdagangan dengan Dinasti Yuan di Cina dan Kesultanan Delhi di India berkontribusi dalam memperluas pengaruh budaya dan politik Majapahit di kawasan. Melalui jalur ini, pengaruh Majapahit menyebar hingga ke Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaka, bahkan Filipina.
Untuk mendukung aktivitas maritim, Majapahit mengoperasikan pelabuhan-pelabuhan penting seperti Hujung Galuh (Surabaya) dan Canggu. Pelabuhan-pelabuhan ini dilengkapi dengan fasilitas bongkar muat yang efisien, serta tenaga kerja yang terampil. Selain itu, kapal-kapal dagang Majapahit dikenal tangguh dan mampu mengarungi perjalanan jarak jauh.
Majapahit juga menjaga stabilitas dengan menerapkan kebijakan maritim yang efektif. Armada laut kerajaan ini berfungsi tidak hanya sebagai sarana pertahanan, tetapi juga untuk melindungi jalur perdagangan dari ancaman bajak laut. Strategi ini memastikan keamanan barang dagangan dan menarik lebih banyak pedagang asing untuk berdagang di wilayah kekuasaannya.
Kebudayaan dan Seni: Cerminan Kejayaan Majapahit
Kebudayaan dan seni Kerajaan Majapahit menjadi salah satu warisan paling berharga yang mencerminkan kejayaan peradaban Nusantara pada masa itu. Kekayaan budaya ini terwujud melalui berbagai bidang seperti arsitektur, seni pahat, kesusastraan, dan tradisi upacara keagamaan. Elemen-elemen ini tidak hanya menunjukkan keahlian teknis masyarakat Majapahit, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai spiritual dan estetika yang berkembang di era tersebut.
Salah satu bukti besar kejayaan artistik Majapahit adalah candi-candi dengan desain arsitektur megah, seperti Candi Penataran dan Candi Tikus. Bangunan-bangunan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat pemujaan, tetapi juga sebagai simbol politik dan keagamaan yang memperlihatkan keterpaduan antara Hindu dan Buddha yang menjadi kepercayaan utama kala itu. Setiap ukiran pada batu candi dipahat dengan detail tinggi, menggambarkan cerita epik seperti Ramayana dan Mahabharata yang menjadi sumber inspirasi keagamaan.
Kesusastraan Majapahit juga mengukir sejarah dengan karya-karya besar, seperti Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca. Karya ini mencerminkan kemajuan intelektual kerajaan dalam hal politik, agama, dan sosial budaya. Selain itu, kakawin seperti Arjunawiwaha memperlihatkan keindahan penulisan sastra dalam bahasa Jawa Kuno.
Di bidang seni rupa, masyarakat Majapahit dikenal sebagai pengrajin terampil. Patung-patung dewa-dewi dalam berbagai ukuran dipahat dengan sangat ekspresif, menonjolkan harmoni antara manusia dan alam. Seni kriya seperti gerabah dan perhiasan berbahan dasar emas juga berkembang pesat, menunjukkan kemakmuran ekonomi dan kemampuan teknologi.
Kemegahan lainnya tercermin melalui upacara keagamaan dan ritual tradisional. Prosesi seperti Sraddha, yang dilakukan untuk mengenang leluhur, merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat Majapahit. Kesenian tari dan musik dimainkan untuk melengkapi suasana sakral dalam setiap kegiatan spiritual tersebut.
Dengan karya seni dan budaya yang monumental, Majapahit tidak hanya menjadi pusat kekuasaan politik tetapi juga menjadi simbol peradaban yang tinggi pada zamannya. Tradisi dan seni ini menjadi pondasi bagi perkembangan budaya Nusantara hingga saat ini.
Strategi Politik dan Militer Majapahit
Majapahit dikenal sebagai salah satu kerajaan terbesar di Nusantara yang berhasil mengonsolidasikan wilayah luas di Asia Tenggara melalui strategi politik dan militer yang cermat. Keberhasilan ini tidak hanya didasarkan pada kekuatan angkatan bersenjata, tetapi juga pada diplomasi yang cerdik dan pengelolaan administrasi yang terstruktur.
Dalam aspek politik, Majapahit mengadopsi pendekatan yang mengutamakan aliansi melalui pernikahan politik antar bangsawan. Hal ini menghasilkan stabilitas regional sekaligus mempererat hubungan dengan kerajaan-kerajaan tetangga. Strategi ini meminimalkan konflik dan memungkinkan pengendalian wilayah secara tidak langsung. Selain itu, konsep “mandala,” yang merupakan daerah pengaruh berbentuk lingkaran, digunakan untuk menciptakan hierarki kekuasaan yang fleksibel. Kerajaan bawahan sering kali tetap mempertahankan penguasa lokalnya, asalkan mereka mengakui supremasi Majapahit.
Secara militer, Majapahit memiliki armada laut yang sangat kuat, yang memainkan peran penting dalam pengawasan jalur perdagangan maritim di Nusantara. Tentara kerajaan dipersenjatai dengan teknologi perang yang maju untuk zamannya, seperti tombak, panah, dan keris, serta taktik pertempuran yang terorganisasi. Ekspedisi militer besar seperti “Gajah Mada Palapa” diarahkan untuk memperluas wilayah kekuasaan, termasuk menguasai Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan sebagian Semenanjung Malaya.
Selain itu, Majapahit juga memanfaatkan jaringan intelijen yang luas untuk memantau pergerakan musuh dan mencegah ancaman internal maupun eksternal. Para pemimpin militer seperti Gajah Mada memiliki peran kunci dalam membangun strategi pertahanan dan penyerangan yang efisien, memastikan dominasi Majapahit bertahan dalam jangka waktu yang lama.⬢
Agama dan Spiritualitas: Keseimbangan Hindu-Buddha di Majapahit
Kerajaan Majapahit dikenal sebagai salah satu pusat kekuasaan besar di Nusantara yang mampu menjalin harmoni antara dua agama utama, Hindu dan Buddha. Kedua ajaran ini tidak hanya hidup berdampingan, tetapi juga saling menyinergikan nilai-nilai spiritual dan filosofisnya dalam kehidupan masyarakat, kebudayaan, serta pemerintahan.
Majapahit menunjukkan toleransi agama yang tinggi, tercermin melalui berbagai prasasti, catatan sejarah, hingga peninggalan arsitektur. Kitab Nagarakretagama, karya Mpu Prapanca, menyebutkan tentang kehidupan religius masyarakat yang menjalankan ajaran Hindu-Buddha secara harmonis. Kalangan elite kerajaan seperti raja dan pejabat sering kali menjadi penganut Hindu, sedangkan Buddha umumnya lebih banyak diikuti oleh kalangan pendeta atau biksu. Namun, keduanya tidak saling bersaing, melainkan berkolaborasi dalam menyusun sistem spiritual negara.
Pada aspek arsitektur, harmoni ini diwujudkan melalui candi-candi yang menampilkan estetika dan simbolisme kedua agama tersebut. Candi Panataran di Blitar, misalnya, menunjukkan pengaruh Hindu yang kental, sementara keberadaan bangunan seperti Candi Jago di Malang menghadirkan ikonografi Buddha. Selain itu, ragam upacara keagamaan, seperti ritual Sravana dan Kasanga, juga mencerminkan fusi unik dari elemen-elemen Hindu dan Buddha.
Pemerintahan Majapahit, terutama di bawah Hayam Wuruk dan Gajah Mada, turut memastikan bahwa nilai-nilai ajaran ini menjadi landasan moral dalam kebijakan politik dan sosial. Prinsip keselarasan, keseimbangan, dan penghormatan antaragama menjadi landasan kuat yang menjangkarkan kehidupan bernegara.
Adanya hubungan yang erat antara Hindu dan Buddha memperkokoh identitas spiritual Majapahit sebagai simbol persatuan dan keragaman. Keseimbangan ini tidak hanya penting pada masa itu, tetapi juga meninggalkan warisan budaya yang memengaruhi Nusantara hingga kini.
Penurunan Kerajaan: Faktor-Faktor dan Warisan
Kerajaan Majapahit, meskipun dikenal sebagai salah satu kerajaan Nusantara yang paling kuat dan berpengaruh, tidak luput dari dinamika yang akhirnya menyebabkan penurunannya. Berbagai faktor internal dan eksternal memainkan peran signifikan dalam melemahkan fondasi kerajaan ini.
Faktor-Faktor Penurunan
- Konflik Internal Konflik internal sering kali menjadi ancaman utama bagi stabilitas Majapahit. Pertikaian di antara bangsawan istana, perebutan kekuasaan, hingga perang saudara seperti Perang Paregreg (1404–1406) melemahkan kohesi internal kerajaan. Ketegangan ini menghambat pemerintahan yang efektif dan mengikis otoritas penguasa.
- Kemunduran Ekonomi Ekonomi Majapahit sangat bergantung pada perdagangan maritim. Namun, dengan meningkatnya dominasi Kesultanan Malaka sebagai pusat perdagangan baru di Selat Melaka, Majapahit kehilangan banyak pengaruh dan pendapatan. Kehilangan jalur perdagangan strategis ini menciptakan tekanan ekonomi yang signifikan.
- Islamisasi Kawasan Penyebaran agama Islam di Nusantara membawa perubahan sosial-politik yang mendalam. Kesultanan-kesultanan Islam di berbagai wilayah, seperti Demak, mulai menggantikan kekuasaan Majapahit. Perubahan ini mengurangi dominasi Hindu-Buddha sebagai kerangka budaya dan politik kerajaan.
- Invasi Eksternal Selain tekanan internal, serangan dari kekuatan-kekuatan baru, khususnya oleh Kesultanan Demak pada abad ke-16, mempercepat kehancuran Majapahit. Lemahnya sistem pertahanan internal membuat Majapahit rentan terhadap ancaman eksternal.
Warisan Majapahit
Majapahit mungkin telah runtuh sebagai entitas politik, tetapi warisannya tetap bertahan dalam berbagai aspek kehidupan di Indonesia saat ini.
- Budaya dan Seni Seni arsitektur candi, sastra Nagarakretagama, dan karya sastra lainnya mencerminkan kemajuan seni dan kebijaksanaan Majapahit.
- Konsep Maritim Cita-cita persatuan Nusantara (Wawasan Nusantara) yang dirumuskan oleh Majapahit menjadi inspirasi bagi pembentukan identitas nasional Indonesia.
- Simbolisme Simbol-simbol seperti Garuda dan nilai-nilai toleransi Majapahit telah diadopsi dalam narasi negara modern Indonesia.
Warisan ini menegaskan bahwa meskipun kekuasaan kerajaan melemah, pengaruhnya tetap terasa dalam sejarah, budaya, dan identitas bangsa.
Jejak Majapahit dalam Kehidupan Modern Nusantara
Jejak kejayaan Majapahit masih dapat dirasakan di berbagai aspek kehidupan modern Nusantara, mulai dari sistem pemerintahan hingga seni dan budaya. Sebagai salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di Nusantara, pengaruh kerajaan ini tidak hanya tertinggal dalam catatan sejarah, tetapi juga dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara hingga saat ini.
Salah satu warisan signifikan dari Majapahit adalah konsep Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada. Sumpah ini menjadi simbol persatuan wilayah Nusantara dan dianggap sebagai landasan awal konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Cita-cita persatuan yang diusung oleh Majapahit menggambarkan akar kuat ideologi kebangsaan modern.
Dalam bidang hukum, Majapahit meninggalkan jejak melalui Kitab Nagarakretagama dan Kitab Kutara Manawa, yang menjadi referensi tata kelola negara dan hukum adat. Sekalipun sudah melewati modifikasi, nilai-nilai keadilan dan aturan tertib yang dijabarkan masih ditemukan dalam berbagai sistem hukum adat di Indonesia.
Selain itu, budaya Majapahit seperti seni ukir, batik, dan motif candi turut menginspirasi seni dan arsitektur masa kini. Contoh nyata adalah beberapa motif batik tradisional di Jawa yang menunjukkan pola khas Majapahit. Banyak candi atau reruntuhan berarsitektur khas Majapahit sekarang digunakan sebagai simbol kebanggaan daerah.
Perdagangan antarwilayah yang berkembang di era Majapahit juga menjadi cikal bakal sistem perekonomian modern. Toleransi dalam hubungan antaragama dan kepercayaan yang tercermin dari kehidupan masyarakat Majapahit menjadi nilai penting dalam menjaga harmoni di Indonesia.
Jejak ini memperlihatkan betapa pengaruh besar Majapahit menjangkau jauh ke dalam kehidupan modern Nusantara saat ini.
Kesimpulan: Rahasia yang Tersembunyi dalam Jejak Majapahit
Jejak Kerajaan Majapahit tidak hanya meninggalkan warisan sejarah dalam bentuk fisik seperti candi, prasasti, dan artefak, tetapi juga menyimpan rahasia yang tersembunyi dalam nilai budaya, tata pemerintahan, dan pengaruh geopolitik yang bertahan hingga saat ini. Jejak ini menggambarkan kecemerlangan sebuah kerajaan maritim yang mampu menyatukan Nusantara di bawah satu payung kekuasaan, sebuah pencapaian yang mencerminkan kehebatan strategi diplomasi dan militer.
Majapahit dikenal sebagai pusat perdagangan yang menghubungkan Asia Tenggara dengan dunia luar. Kota pelabuhan seperti Hujung Galuh memainkan peran signifikan dalam mempertemukan pedagang dari berbagai belahan dunia. Melalui bukti-bukti arkeologi, ditemukan bahwa kerajaan ini memiliki kemampuan luar biasa dalam mengelola sumber daya alam dan manusia, menyediakan infrastruktur yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Ragam tradisi dan nilai budaya yang berkembang di bawah pengaruh Majapahit masih hidup dalam adat istiadat masyarakat Indonesia modern. Sastra, seni, dan upacara adat di beberapa wilayah menunjukkan pengaruh dan corak yang berasal dari masa kejayaan kerajaan ini. Kitab seperti “Negarakertagama” juga menjadi bukti kebesaran intelektual yang mencerminkan gagasan tentang pemerintahan, hubungan antarmanusia, dan filsafat hidup.
Meski tidak sedikit kisah yang tersembunyi di balik kehancuran kerajaan ini, bukti-bukti yang ada menunjukkan kompleksitas internal dan eksternal yang turut berperan dalam runtuhnya Majapahit. Invasi militer, reformasi sosial, perubahan iklim politik, serta pergeseran pusat kekuasaan menuju kerajaan-kerajaan Islam menjadi faktor utama yang patut ditelusuri lebih mendalam.
Penelitian lebih lanjut terhadap jejak Majapahit dapat menjadi kunci untuk menggali lebih banyak lapisan sejarah yang hingga kini tetap menjadi tanda tanya besar. Jejak kerajaan ini tidak hanya menginspirasi rasa bangga terhadap warisan nenek moyang, tetapi juga membuka peluang baru bagi eksplorasi ilmiah dan budaya yang lebih luas.